GARDATIMURNEWS.COM | GOWA – Desa Tassese, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, berada di titik krusial menuju perubahan. Tahun 2026—2034 digadang-gadang sebagai fase percepatan pembangunan desa, terutama jika figur perempuan seperti Nur Hikmah Suparman benar-benar memimpin. Di tengah kompetisi politik lokal, gagasan besar mengenai arah pembangunan menjadi lebih penting daripada sekadar kontestasi elektoral.(Senin 15 /12/2025)
Rencana strategis yang diusung Hikmah bukan hanya sekadar daftar program, tetapi sebuah peta jalan pembangunan desa yang disusun berlapisdari sosial, ekonomi, tata kelola, hingga inovasi. Lebih jauh, dokumen tersebut membuka ruang diskusi tentang bagaimana sebuah desa bisa bangkit melalui kepemimpinan yang visioner dan inklusif.
Membangun Desa Mandiri dan Berdaya Saing Sehat tentu bukan hal yang mudah untuk di jalankan
Visi besar “Desa Tassese mandiri, sejahtera, dan berdaya saing” terasa relevan jika melihat persoalan klasik yang selama ini menghambat desa-desa di kawasan pegunungan Gowa: akses terbatas, industri lokal kurang bernilai tambah, dan tata kelola yang masih tradisional.
Di sinilah, rencana Hikmah menempatkan sinergi sosial dan ekonomi sebagai fondasi. Desa mesti tumbuh bukan hanya secara infrastruktur, tetapi juga secara sosial melibatkan warga, memberdayakan kelompok rentan, dan menghidupkan kembali komunitas yang lama vakum.
Misi Reformis dari Sosial hingga Ekonomi Hijau akan di terapkan.
Ada lima misi besar yang ditawarkan. Pertama, mengokohkan kepedulian sosial bagi lansia, yatim, perempuan, hingga pemuda. Kedua, memperkuat ekonomi desa melalui sektor unggulan—pertanian dan gula aren. Ketiga, membenahi tata kelola desa agar anggaran tidak lagi menjadi dokumen eksklusif, tapi sepenuhnya terbuka bagi publik. Keempat, mempercepat pembangunan infrastruktur dasar. Kelima, membuka ruang inovasi berbasis komunitas dan teknologi sederhana.
Jika misi-misi ini diterapkan secara konsisten, desa bukan hanya mengejar ketertinggalan, tetapi mulai menyusun pijakan menuju ekonomi hijau dan digitalisasi desa.
Target Pembangunan yang Terukur Bukan Sekadar Janji Politik tapi akan di tuangkan dalam pola pikir dan kerja keras pada semua sektor
Menariknya, dalam proposal strategis ini terdapat sejumlah indikator capaian yang sangat spesifik sesuatu yang jarang ditampilkan dalam kampanye tingkat desa.
Hikmah mempunyai Beberapa target kunci keberhasilan yaitu
Pengurangan kerentanan sosial hingga 80% keluarga miskin pada 2034.
Kenaikan produksi padi dan jagung sebesar 20%.Nilai jual gula aren meningkat minimal 30% lewat branding dan digitalisasi pemasaran.
Transparansi anggaran desa 100% melalui Sistem Informasi Desa (SID).
Penyelesaian 90% infrastruktur dasar, termasuk jalan, drainase, dan air bersih.
Keterlibatan warga dalam ekosistem inovasi minimal 60%. Ini bukan angka sembarangan; indikator tersebut bisa menjadi alat kontrol publik terhadap kinerja kepala desa mendatang.
Program-Program Unggulan Menjawab Kebutuhan Nyata Untuk Warga Desa Tassese
Di lapangan, berbagai program yang ditawarkan menyentuh hajat hidup masyarakat.
Pada sektor sosial, terdapat program Jumat Berbagi untuk dhuafa, revitalisasi posyandu, pelatihan ibu rumah tangga, hingga penguatan kegiatan karang taruna. Semua diarahkan pada pembangunan modal sosial desa.
Sektor ekonomi menjadi perhatian serius: bantuan pupuk, bibit, hingga penyuluhan pertanian masuk kategori prioritas. Yang paling menarik adalah pendirian unit pengolahan gula aren, lengkap dengan pelatihan produksi dan branding “Gula Aren Tassese”. Produk lokal ini berpotensi menembus pasar regional, bahkan nasional, jika dikelola secara profesional.
Tata kelola desa juga dipersiapkan menghadapi era digital. SID akan menjadi “mesin transparansi” yang menghubungkan data kependudukan, laporan anggaran, hingga layanan publik.
Pada aspek infrastruktur, penambalan lubang, pengaspalan dua kilometer jalan utama, pembangunan drainase, hingga penyediaan air bersih direncanakan bertahap hingga 2034.
Sementara itu, inovasi desa diwujudkan melalui Pasar Tani Digital, Rumah Belajar Desa, Kebun Bersama, Eco-Village, hingga Festival Gula Aren Tassese. Program-program ini secara konsep sangat mungkin menaikkan identitas desa dan menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat.
Tahapan Pelaksanaan: Pembangunan yang Tidak Asal Jalan dan
Rencana tersebut akan dibagi dalam tiga fase besar 2026–2028 pembangunan fondasi: SID, posyandu, pelatihan perempuan, perbaikan jalan dan drainase.
2029–2031 peningkatan produksi pertanian, kebun bersama, eco-village, dan penyediaan air bersih 80%.
2032–2034 fase kemandirian: BUMDes menuju skala bisnis, gula aren masuk pasar regional, layanan digital terintegrasi hingga evaluasi final.
Model bertahap ini menegaskan bahwa pembangunan desa seharusnya tidak bersifat sporadis, tetapi berkelanjutan.
Total anggaran yang diproyeksikan untuk 2026–2034 mencapai Rp 8,6 miliar. Angka ini bukan kecil, tetapi realistis jika dihimpun dari APBDes, APBD, dana CSR, hingga partisipasi masyarakat.
Lebih penting dari nominalnya adalah komitmen transparansi, sebab desa yang tidak membuka anggarannya akan terus berjalan di tempat dan berpotensi mengalami kebocoran.
Dalam konteks Pilkades, rencana strategis seperti ini seharusnya menjadi bahan evaluasi utama masyarakat, bukan sekadar isu siapa lawan siapa. Tassese membutuhkan pemimpin dengan orientasi masa depan, bukan sekadar administrator anggaran.
Jika Nur Hikmah Suparman benar-benar mengimplementasikan seluruh rencana ini secara konsisten, maka Desa Tassese dapat berubah menjadi salah satu model pembangunan desa berbasis inklusi sosial, inovasi, dan tata kelola modern di Kabupaten Gowa.
Pada akhirnya, pembangunan adalah soal keberanian untuk melangkah. Pertanyaannya: apakah warga Tassese siap memilih gagasan besar ketimbang politik praktis?
Opini :Nur Hikmah Suparman
Editor :redaksi


