GARDATIMURNEWS.COM | Gowa, — Proses pemilihan Ketua Asosiasi Kabupaten Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (Askab PSSI) Gowa periode 2025–2029 menjadi sorotan tajam setelah dinilai tidak transparan dan mencederai semangat demokrasi. Dalam Kongres Luar Biasa ke-2 yang digelar di Balai Diklat Pemkab Gowa, Yanuar Iswandy terpilih secara aklamasi sebagai ketua, namun prosesnya dinilai mengundang tanda tanya besar, Pada 18 Mei 2025
Presiden Toddopuli Indonesia Bersatu (TIB), Syafriadi Djaenaf Daeng Mangka, menjadi salah satu tokoh yang mengkritisi keras jalannya kongres. Ia menyebut adanya dugaan bahwa pemilihan tersebut telah “dikondisikan” sejak awal. “Sangat miris melihat proses pemilihan ini. Tiba-tiba hanya satu nama yang muncul dan langsung mengunci kemenangan,” ujarnya kepada awak media. Kamis 29 mei 2025 di Salahsatu Kafe di bilangan kota Sungguminasa kabupaten Gowa.
Sorotan juga mengarah pada mundurnya dua calon kuat lainnya, Taufik Surullah dan Hasbullah Laja, yang sebelumnya digadang-gadang sebagai pesaing utama. Namun, menurut Daeng Mangka, keduanya bukan mundur secara sukarela, melainkan terkesan dimundurkan secara sistematis. “Ini bukan soal kalah atau menang, tapi bagaimana menjaga integritas dan kepercayaan dalam organisasi olahraga,” tegasnya.
Lebih lanjut, Daeng Mangka juga mempertanyakan latar belakang dan rekam jejak Ketua terpilih. “Dari beberapa sumber yang dihimpun, ternyata Ketua terpilih bukan merupakan bagian dari pengurus PSSI Gowa sebelumnya. Dalam kepemimpinannya di Gowa United FC pun belum menunjukkan kemajuan signifikan yang bisa dijadikan tolok ukur,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa publik layak mengetahui apa kontribusi Yanuar Iswandy terhadap kemajuan sepak bola Kabupaten Gowa selama ini. “Apa prestasi yang pernah ditorehkan dalam dunia sepakbola utamanya di Kabupaten Gowa ? Ini penting dijawab secara terbuka,” tandasnya.
Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran mengenai arah kepemimpinan Askab PSSI Gowa ke depan. Berbagai pihak mempertanyakan apakah semangat fair play yang dijunjung tinggi dalam sepak bola benar-benar tercermin dalam proses pemilihan yang terjadi. Beberapa pengurus klub bahkan menyuarakan kekhawatiran bahwa dominasi kelompok tertentu dalam struktur organisasi bisa menghambat perkembangan sepak bola secara inklusif di daerah.
Kongres luar biasa ini diikuti oleh 15 klub sepak bola yang telah diverifikasi sebagai peserta sah, yakni: Alkum FC, Parangloe FC, Samago FC, Remakob FC, Bironi FC, Bontonompo Jaya FC, Citra Tanetea FC, SSB Bajeng United FC, Persigowa Putra FC, SSB Puyol Sport 05, SSB Gowa United, SSB Syekh Yusuf, Taeng FC, Kompas FC, dan UIN FC. Namun tidak sedikit dari perwakilan klub-klub ini yang merasa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses penjaringan calon.
Menyikapi polemik tersebut, sejumlah pemerhati olahraga lokal menyerukan agar PSSI Sulawesi Selatan turut mengevaluasi jalannya kongres. “Organisasi sepak bola tidak boleh berjalan di bawah bayang-bayang kepentingan kelompok tertentu. Demokrasi harus ditegakkan agar menghasilkan pemimpin yang legitimate,” kata salah satu pemerhati sepak bola Gowa.
Jika polemik ini tidak segera ditanggapi secara terbuka dan bertanggung jawab oleh pihak terkait, dikhawatirkan akan berdampak pada kepercayaan publik, khususnya para insan sepak bola di Kabupaten Gowa. Klarifikasi dan keterbukaan informasi menjadi penting guna meredam gejolak dan menjaga stabilitas serta iklim kompetitif yang sehat dalam pembinaan atlet dan pengembangan klub.
Dalam dunia olahraga, integritas dan transparansi bukan hanya slogan, melainkan fondasi yang akan menentukan kualitas masa depan. Askab PSSI Gowa diharapkan tidak hanya menjadi wadah kompetisi, tetapi juga ruang pembelajaran etika dan manajemen organisasi yang sehat demi kemajuan sepak bola lokal yang lebih profesional dan bermartabat.
(*/)Red/Tim media TIB