GARDATIMURNEWS.COM | Gowa – Kontestasi Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Tassese, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, tahun ini mencuri perhatian publik. Bukan hanya karena suhu politik desa yang mulai memanas, tetapi juga karena munculnya fenomena tak biasa, pasangan suami-istri ikut bertarung dalam satu gelanggang politik sebagai calon kepala desa.(Senin 15/12/2025)
Pasangan Maslim Dg Gau dan istrinya, Nur Hikmah S. S.Ap, resmi mendeklarasikan diri sebagai calon kepala desa dari jalur yang berbeda. Fenomena ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat, sekaligus menimbulkan beragam pertanyaan tentang dinamika rumah tangga, kepentingan politik, serta arah pembangunan desa ke depan.
Ketika Politik Masuk ke Dalam Rumah Tangga dapat kita menilai bahwa
Keikutsertaan pasangan suami-istri dalam satu kontestasi politik bukan hal lumrah. Biasanya satu pihak menjadi tim pendukung, bukan lawan. Namun di Pilkades Tassese, keduanya tampil sebagai figur yang sama-sama siap memimpin desa.
Pengamat politik lokal menilai fenomena ini menunjukkan dua hal, pertama, ruang politik desa semakin terbuka bagi siapa pun, termasuk perempuan. Kedua, kontestasi Pilkades mulai dipandang sebagai arena adu gagasan, bukan lagi perebutan pengaruh semata.
Fenomena Nur Hikmah yang berani maju sebagai kandidat memperlihatkan bahwa perempuan desa juga mulai memiliki kepercayaan diri dan kapasitas politik yang semakin kuat. Ini menandai kemajuan signifikan setelah bertahun-tahun peran perempuan dalam politik lokal lebih sering diposisikan sebagai pelengkap atau pemenuhan kuota saja.
Namun berbeda dengan banyak kasus politik daerah di mana perempuan hanya dijadikan “pemanis” daftar calon, keikutsertaan Nur Hikmah dinilai lahir dari kapasitas, pengalaman administratif, dan dukungan masyarakat serta dukungan Keluarga, dan Bukan Alasan untuk Mengalah, Tapi Modal Bersaing yang positif
Dalam wawancara informal dengan warga Tassese, banyak yang menyebut bahwa pasangan ini telah lama aktif dalam kegiatan sosial desa. Meski bersaing dalam satu kontestasi, keduanya disebut memiliki kesepahaman bahwa tujuan utama adalah mendorong kemajuan desa, bukan memenangkan ego pribadi.
Dari sudut pandang politik, situasi ini menunjukkan kematangan hubungan rumah tangga yang mampu memisahkan urusan publik dan urusan pribadi. Politik menjadi ruang dialog, bukan ruang konflik keluarga.
Baik Maslim maupun Nur Hikmah disebut telah menyiapkan visi-misi masing-masing. Meski berbeda, keduanya sama-sama menekankan
Peningkatan pelayanan publik, transparansi dana desa, pemberdayaan ekonomi masyarakat,
peningkatan peran perempuan dan pemuda dalam pembangunan lokal.
Perbedaan pendekatan inilah yang membuat kontestasi Pilkades Tassese semakin menarik. Masyarakat diberi kesempatan untuk menilai bukan berdasarkan hubungan keluarga, melainkan kualitas gagasan dan rekam jejak.
Fenomena suami-istri bertarung di Pilkades Tassese bukan hanya menarik secara politik, tetapi juga penting sebagai catatan sosial Mereka berdua
Menunjukkan kematangan politik desa.
Masyarakat tidak lagi terpaku pada hubungan kekerabatan, tetapi pada kualitas calon.
Mendorong perubahan peran perempuan dan
kini menjadi subjek politik, bukan pelengkap kuota.Mengajarkan etika demokrasi sejak level terendah.Politik sebagai arena gagasan, bukan konflik rumah tangga.
Pilkades Tassese tahun ini menjadi salah satu episode paling unik dalam sejarah politik lokal Kabupaten Gowa. Ketika pasangan suami-istri maju sebagai calon kepala desa, masyarakat tidak hanya disuguhkan drama politik, tetapi juga pelajaran tentang kedewasaan demokrasi, kesetaraan gender, serta dinamika sosial yang terus berkembang.
Siapa pun yang kelak terpilih, masyarakat berharap pemimpin Tassese akan benar-benar mampu membawa desa menuju arah pembangunan yang lebih maju, transparan, dan berpihak kepada rakyat.(SS)/*Editor/red


